Sabtu, 28 Februari 2015

Death Zone Gunung Semeru

Standard
View dari puncak Mahameru


~ (-5 Cm) Mengenal BLANK75, Zona kematian yang mengintai dibalik keindahan Semeru ~

Blank 75 adalah istilah yg sering digunakan oleh personel SAR yang sering beroperasi di kawasan Gunung Semeru untuk menunjukkan suatu lokasi di gugusan lereng jurang Semeru untuk mencari ataupun mengevakuasi korban pendaki yg hilang ataupun tersesat selama pendakian ke Semeru.

Bisa dibilang kawasan Blank 75 adalah "DEATH ZONE"-nya jalur pendakian Semeru.
Gambaran medannya adalah lereng berpasir yg jalurnya putus (blank) karena dipisahkan oleh jurang yg dalamnya kira2 75 - 100meter, bahkan ada titik yang mempunyai kedalaman 200an meter. Makanya disebut Blank75.
Lokasinya yaitu kalo kita turun dari puncak Semeru, maka Blank 75 letaknya berada diluar jalur di sebelah kanan Arcopodo/kelik (dari arah puncak). Di sekitar batas vegetasi.

Kenapa dibilang Death Zone, karena berdasarkan modus dan kasus selama ini hilangnya pendaki yang turun dari arah puncak kemudian mengalam disorientasi jalur, kebanyakan mereka melipir terlalu ke kanan dari jalur yg benar. Dan itu mengarah langsung ke Blank 75 tersebut.
Kita gak mau kan lagi enak-enaknya prosotan di pasir pas turun, tiba2 jalurnya terputus dan langsung ada jurang dalam yang menganga di depan kita dan kita gaksempat ngerem. Bisa dipastikan wassalam.

Hampir semua pendaki yang dilaporkan hilang waktu turun dari puncak Semeru diketemukan di sekitaran Blank75 tersebut, entah diketemukan dalam kondisi hidup ataupun sudah menjadi mayat. Korban terakhir di Blank 75 ini adalah Alm.Andhika dari UGM yg ditemukan mayatnya di area Blank 75 ini beberapa waktu lalu. Setelah itu ada Bule dari USA yang juga nyasar di area tersebut tapi untung waktu diketemukan masih dalam keadaan hidup.

Bahkan pada saat SAR mengevakuasi jasad Andhika saat itu, tim SAR malah menemukan lagi 2 mayat (sudah menjadi kerangka) dari pendaki yg sebenarnya bukan menjadi target pencarian.

Kenapa area Blank 75 banyak memakan korban pendaki yang disorientasi waktu perjalanan turun dari puncak ? Menurut pengamatan karena waktu kita turun dari puncak Semeru melalui jalur berpasir itu, banyak pendaki yang tidak melakukan orientasi medan dengan memperhatikan patokan, karena Cemoro Tunggal sebagai tanda jalur yg benar pun kini telah hilang. Atau bisa jadi para pendaki tersebut keluar dari kawasan puncak tidak pada entry point dimana dia masuk karena jalur pasir saat turun dari puncak hampir terlihat sama.

Apabila pendaki tersebut melenceng di tengah jalur cerukan pasir yang benar,kemungkinan besar mereka akan melenceng ke kanan dari jalur yang benar. Karena ke kanan relatif lebih gampang daripada melenceng ke kiri yg mempunyai struktur lereng lebih curam dan banyak "tebing pasir" yang tinggi2, sehingga kalo kita udah masuk ke cerukannya akan sangat sulit untuk keluar, apalagi jika kabut ikut menemani.

Mungkin pada saat kita di atas melencengnya cuma 1 meter dari jalur yg benar, tapi secara logika yg namanya kerucut, semakin ke bawah akan semakin jauh jarak selisihnya. Benar apa benar sodara2?

Pun misalnya pendaki yg telah tersesat tersebut jatuh/masuk ke area Blank 75 tersebut sebenarnya masih dalam keadaan hidup, besar kemungkinan survivor tersebut tidak bisa bertahan hidup lama, karena (sekali lagi) berdasarkan pengamatan, vegetasi di area tersebut tidak mendukung untuk kita melakukan survival. Ditambah lagi tidak ada sumber air dan kondisi cuaca dan suhu kawasan Semeru yang bisa dibilang extreme. Angin kencang dan suhu yang sangat dingin membekukan.

Jadi kalo boleh berpesan pada kawan2 sekalian yg mau naik semeru, sebisa mungkin berjalan dalam satu rombongan utuh pada saat turun dari puncak. Karena diperjalanan turun itulah resiko terbesar untuk tersesat karena disorientasi jalur.

Jadi tetap Waspada guys, dan jangan lupa selalu berdoa dimanapun kita berada.


Sumber:
fb Pendaki Indonesia

0 komentar:

Posting Komentar

Post Comment