Sabtu, 14 Januari 2012

Kisah Asma’ R.ha bertanya tentang pahala bagi kaum wanita

Standard



Picture Credit: HeDzZaTiOn
Asma’ binti Yazid Anshari r.ha. adalah seorang sahabiyah. Pada suatu ketika, ia mendatangi Nabi saw. dan berkata, “Ya Rasululloh aku datang sebagai utusan kaum wanita. Sungguh engkau adalah utusan Allah untuk kaum laki-laki dan juga wanita. Untuk itu, kami sebagai kaum wanita telah beriman kepada Allah dan kepadamu. Kami kaum wanita selalu tinggal di dalam rumah saja, tertutup dalam hijab-hijab, dan sibuk menunaikan keperluan serta keinginan suami. Kami selalu mengasuh anak-anak, sedangkan kaum laki-laki selalu mendapat pekerjaan yang memborong pahala. Mereka dapat menghadiri shalat jum’at, dapat berjamaah shalat lima waktu, dapat menjenguk orang sakit, menyertai jenazah, pergi haji; dan yang paling utama mereka dapat berjihad di jalan Allah. Jika mereka sedang mengerjakan haji, umrah, atau jihad, kami lah yang menjaga harta mereka, menjahitkan baju mereka, dan memelihara anak-anak mereka. Maka apakah kami tidak mendapatkan pahala yang sama dengan mereka?” 
Rasulullah saw. mendengarkannya dengan penuh perhatian. Kemudian beliau berpaling kepada para sahabatnya dan bersabda, “Pernahkah kalian mendengar sebuah pertanyaan agama yang lebih baik dari pada pertanyaan wanita ini?” para sahabat r.hum berkata, “Ya Rasulullah, bahkan kami tidak menduga bahwa kaum wanita akan dapat bertanya seperti itu.” Lalu beliau berpaling kembali kepada Asma’ r.ha. dan bersabda, “Dengarkanlah dengan baik dan perhatikan, lalu sampaikanlah kepada para wanita muslimah yang telah mengirimmu ke sini. Apabila para istri selalu berbuat baik kepada suaminya, selalu mentaatinya, melayaninya dengan baik, dan berusaha membuat suaminya selalu gembira, maka itu adalah sesuatu yang sangat berharga. Jika semua ini dapat kalian kerjakan, kalian akan mendapatkan pahala yang sama dengan kaum laki-laki.” Mendengar jawaban yang Nabi saw. itu, hati Asma’ r.ha. sangat gembira. Kemudian ia segera kembali menjumpai kaumnya.

Selasa, 03 Januari 2012

Jiwa yang pertama kali syahid demi Islam.

Standard

Picture credit: Laila-Jihad
Summayah binti Khayyat r.ha. adalah seorang wanita yang sangat banyak menanggung penderitaan demi islam. Karena cintanya kepada islam telah merasuk ke dalam hatinya, penderitaannya itu tidak mempengaruhi keimanannya sedikitpun. Ketika matahari bersinar sangat panas, ia dibaringkan di atas kerikil-kerikil panas dengan dipakaikan baju besi di tubuhnya. Kadang kala ia diberdirikan di tempat yang sangat panas sehingga semakin tersiksa. Apabila Rasulullah saw. melewati mereka, beliau akan memberi semangat agar mereka bersabar dan mengabarkan janji surga kepada mereka.
Suatu ketika, lewatlah Abu Jahal di hadapan Sumayyah r.ha. yang sedang berdiri. Lalu keluarlah caci maki dari mulut Sumayyah r.ha. kepada Abu Jahal sehingga membuatnya marah. Abu Jahal langsung menusukkan tombaknya ke kemaluan Sumayyah r.ha.. Akhirnya, dengan luka itu Sumayyah pun mati syahid. Inilah peristiwa syahid yang pertama kali demi islam. (Usudul-Ghabah).

Faedah
                Wanita yang bersabar dan bersemangat seperti inilah yang seharusnya ditiru. Apabila hati seseorang sudah sangat mencintai sesuatu, maka semua yang berhubungan dengan sesuatu itu akan dianggap mudah. Hari ini, puluhan kisah cinta sering kita dengar sehingga jiwa siap dikorbankan untuknya. Seandainya pengorbanan itu dilakukan di jalan Allah dan demi agama, maka itu lah yang menjadi sebab kebahagiaan di kehidupan lain setelah kematian. Dan jika pengorbanan itu bertujuan untuk keduniaan, maka di dunia ia akan musnah dan di akhirat ia akan memperoleh kehancuran.