Sabtu, 25 Januari 2014

I am a writer

Standard

Picture Credit: juliedillon

I am a writer
I write what
I wish I could say
Trapping my feelings
On paper everyday

I am a writer
I write what
I see around me
My eyes; wide open
Have set me free

I am a writer
I write what
I need to do
Clear and confused
Just give me a clue

I am a writer
I write what I feel
And I feel what I write
But when I stop feeling
I stop writing
And my little world
Starts reeling

I am a writer
Who writes to find reason
And maybe even some treason
In this world
Where insanity rules
Behind a piece of paper marked:
"Here are the fools"

=by samsamsammysam66=

kecil, belum tentu tidak berarti

Standard
Picture Credit: Blutr0t


Malam ini (untuk pertama kalinya) saya membaca hampir semua berita yang ada di beranda facebook saya. Tentu saja isinya macam-macam; dari status teman yang galau, curhat, berdoa, kasih motivasi publik, ngelawak, jualan, posting foto, dan ... yah, mungkin sama seperti apa yang ada di dalam beranda kalian.
Entah kenapa saya melakukannya. Karena biasanya, kalau saya buka facebook, yang saya lakukan adalah posting sesuatu yang provokatif, dan memancing publik untuk memberikan like(s) dan komentar. Seperti ... saya bingung menjelaskannya, saya kasih contoh saja:

“Takut diperkosa, tapi pamer aurat.
=Indonesia=”

“Lupakan segala hal tentang memberikan perubahan kepada dunia, atau bahkan sekedar merubah Indonesia. Karena setelah kau menikah, kau bahkan tidak akan bisa merubah chanel TV.
=just lol=”


Seperti itu kira-kira. Saya hampir tidak pernah (sejak awal 2013) mem-posting sesuatu yang bersifat pribadi, seperti curhat tentang masalah pribadi, mengeluh tentang hal-hal pribadi, dan lain sebagainya. Ya, sepertinya tidak pernah. Atau mungkin, lebih tepatnya berusaha untuk tidak melakukannya. Karena saya pikir, dengan melakukan hal tersebut, kita telah menunjukkan kelemahan kita kepada semua orang. Saya jelas tidak suka itu, saya tidak ingin orang menganggap saya lemah. Atau setidaknya, saya tidak ingin orang menganggap saya idiot, yang setiap hari galau, curhat di beranda, dan mengganggu orang-rang dengan tulisan-tulisan kekanak-kanakan.
Ya, hal-hal yang saya lakukan ketika membuka facebook adalah update status, dan melihat berapa banyak like(s) dan komentar yang saya dapatkan. Namun tidak untuk malam ini. Jari saya menggeser tombol scroll ke bawah, dan terus mengikuti semua kalimat yang bisa saya baca. Dan sungguh, ternyata saya malah mendapatkan banyak hal dari status teman-teman saya.
Saya akui, saya sebenarnya adalah tipe orang yang tidak mudah memberikan like(s) kepada orang lain. Terlebih, jika status itu adalah sesuatu yang “tidak ada isinya”. Kalian tahu kan maksudnya? (well ... saya tediam beberapa menit di bagian ini, memikirkan kalimat selanjutnya. Dan saat kalian membaca tulisan ini, saya masih memikirkan tentang kalimat yang akan saya tulis selanjutnya. Kenapa saya melakukan ini? itu karena ... entah lah, saya hanya sedang berlatih untuk keluar dari keadaan “mandeg” saat menulis sesuatu. Jika kalian pernah membuat sebuah karya tulis seperti cerpen, novel, dsb, kalian pasti pernah mengalami situasi ini, bukan? situasi di mana kalian “mandeg” dan berpikir lama untuk melanjutkan tulisan kalian. Dan ... seperti itulah keadaan saya saat ini.)
... namun saya mungkin mulai mendapatkan pencerahan.