Picture Credit: Blutr0t |
Malam ini
(untuk pertama kalinya) saya membaca hampir semua berita yang ada di beranda
facebook saya. Tentu saja isinya macam-macam; dari status teman yang galau,
curhat, berdoa, kasih motivasi publik, ngelawak, jualan, posting foto, dan ...
yah, mungkin sama seperti apa yang ada di dalam beranda kalian.
Entah kenapa
saya melakukannya. Karena biasanya, kalau saya buka facebook, yang saya lakukan
adalah posting sesuatu yang provokatif, dan memancing publik untuk memberikan like(s)
dan komentar. Seperti ... saya bingung menjelaskannya, saya kasih contoh saja:
“Takut diperkosa, tapi pamer aurat.=Indonesia=”
“Lupakan segala hal tentang memberikan perubahan kepada dunia, atau bahkan sekedar merubah Indonesia. Karena setelah kau menikah, kau bahkan tidak akan bisa merubah chanel TV.=just lol=”
Seperti itu
kira-kira. Saya hampir tidak pernah (sejak awal 2013) mem-posting sesuatu yang
bersifat pribadi, seperti curhat tentang masalah pribadi, mengeluh tentang
hal-hal pribadi, dan lain sebagainya. Ya, sepertinya tidak pernah. Atau mungkin,
lebih tepatnya berusaha untuk tidak melakukannya. Karena saya pikir, dengan
melakukan hal tersebut, kita telah menunjukkan kelemahan kita kepada semua
orang. Saya jelas tidak suka itu, saya tidak ingin orang menganggap saya lemah.
Atau setidaknya, saya tidak ingin orang menganggap saya idiot, yang setiap hari
galau, curhat di beranda, dan mengganggu orang-rang dengan tulisan-tulisan
kekanak-kanakan.
Ya, hal-hal
yang saya lakukan ketika membuka facebook adalah update status, dan melihat
berapa banyak like(s) dan komentar yang saya dapatkan. Namun tidak untuk malam
ini. Jari saya menggeser tombol scroll
ke bawah, dan terus mengikuti semua kalimat yang bisa saya baca. Dan sungguh,
ternyata saya malah mendapatkan banyak hal dari status teman-teman saya.
Saya akui, saya
sebenarnya adalah tipe orang yang tidak mudah memberikan like(s) kepada orang
lain. Terlebih, jika status itu adalah sesuatu yang “tidak ada isinya”. Kalian tahu
kan maksudnya? (well ... saya tediam beberapa menit di bagian ini, memikirkan
kalimat selanjutnya. Dan saat kalian membaca tulisan ini, saya masih memikirkan
tentang kalimat yang akan saya tulis selanjutnya. Kenapa saya melakukan ini?
itu karena ... entah lah, saya hanya sedang berlatih untuk keluar dari keadaan “mandeg”
saat menulis sesuatu. Jika kalian pernah membuat sebuah karya tulis seperti
cerpen, novel, dsb, kalian pasti pernah mengalami situasi ini, bukan? situasi
di mana kalian “mandeg” dan berpikir lama untuk melanjutkan tulisan kalian. Dan
... seperti itulah keadaan saya saat ini.)
... namun saya
mungkin mulai mendapatkan pencerahan.
Yaitu, meskipun terkadang kita merasa
terganggu dengan status mereka yang lebay, yang suka membuka aib sendiri, yang
mengolok-olok orang lain di depan umum, yang berdoa tidak pada tempatnya, yang
suka cari-cari perhatian, setidaknya kita mendapatkan informasi dari mereka,
bukan? Ok, memang ada macam-macam bentuk informasi, namun saya yakin semua
bentuk informasi tersebut memiliki kesamaan berupa nilai yang dapat memberikan
dampak positif bagi kita.
Misalnya begini
... (sumpah saya bingung! Ini selalu terjadi pada saya. Ketika saya menulis,
topik pembahasan yang saya tulis cenderung melebar ke mana-mana, sampai akhirnya
saya LUPA pada inti permasalahan yang ingin saya tuliskan di sini!)
Oke lah. Saya memang
sedang belajar untuk menulis, dan sepertinya saya belum begitu pandai untuk
menyampaikan apa yang ada di dalam kepala saya ke dalam sebuah tulisan. Tapi intinya,
...
Terkadang, kita
perlu membuka diri untuk mau mendengarkan apapun yang bisa kita dengarkan. Meskipun
itu merupakan hal-hal yang sepele dan terlihat tidak terlalu berarti. Karena hal-hal
yang kecil pun dapat memberikan dampak yang berarti kepada hal-hal yang jauh
lebih besar. Seperti kenapa apel jatuh dari pohon? Kenapa benda yang dilempar
ke langit selalu kembali jatuh ke bumi? Dan setelah hal “sepele” itu dirumuskan
dalam teori gravitasi, kini manusia bisa menerbangkan besi ke angkasa,
membangun jembatan beton sejauh ratusan kilo meter, dan banyak hal-hal besar
lain yang terlahir dari hal yang “sepele” itu.
Jadi jangan
pernah menilai remeh hal-hal kecil, dan teruslah membuka diri untuk hal-hal
yang baru. Tapi tentu saja, dengan filter yang selalu terpasang.
0 komentar:
Posting Komentar