Minggu, 01 Juni 2014

Mengejar Bintang Terang

Standard
Bahkan mau menulis pun, terasa susah ...
Entah kenapa akhir-akhir ini gue merasa sangat susah untuk menulis. Dan yang lebih parahnya lagi, untuk menuliskan kata "susah" di atas juga terasa sangat ... susah. Benar-benar dark age. Ini adalah masa-masa yang teramat aneh bagi gue. Dulu, rasanya kalau mau menulis itu kok tidak semalas ini. Dulu meskipun saat mau membuat satu cerpen terasa berat, tapi akhirnya tetap selesai. Sekarang mau menulis satu paragraf di blog saja terasa amat berat. Apa karena gue kelebihan energi?
Maksudnya begini. Nasi mengandung karbohidrat yang dibutuhkan oleh tubuh, sumber energi yang bisa membuat kita beraktifitas sepanjang hari. Namun jika kita terlalu banyak makan nasi atau sampai kelebihan karbohidrat, kita justru akan merasa mengantuk, bukan?
Nah, mungkin karena gue kelebihan energi, sehingga untuk melakukan sesuatu itu terasa sangat sulit / malas.
Apakah masuk akal??
Hadeh ... sepertinya enggak ya?
Mengejar Bintang Terang
Kemalasan tidak ada hubungannya dengan harga beras. Tapi ... mungkin memang gue kelebihan energi.

Golongan darah gue adalah O. Kalau lo enggak tahu tentang macam-macam karakter seseorang berdasarkan golongan darah, gue kasih tahu bahwa golongan darah O adalah golongan darah yang paling keren! kenapa?
Karena orang yang terlahir dengan golongan darah O, dianugerahi:
  1. Rasa Percaya Diri Tinggi;
  2. Optimisme Tinggi;
  3. Kemampuan Untuk Menjadi Seorang Pemimpin;
  4. Kemampuan Bersosialisasi yang Baik;
  5. Berpotensi Menjadi Pusat Perhatian;
  6. Memiliki Semangat (naluri bertahan hidup) yang Kuat;
  7. Idealis & Realistis;
  8. Keyakinan Pada Prinsip yang Kuat.
Keren, kan?
Tapi sayangnya, karena memiliki Optimisme yang tinggi terhadap masa depannya, kebanyakan golongan darah O (merasa) tidak (perlu) melakukan persiapan dengan baik di masa lalunya. Let it flow .... Dan ... setidaknya itulah yang terjadi pada diri gue.

 Apa arti hidup buat lo?

Percaya atau tidak, ini pertanyaan gue setiap pagi ketika bangun tidur. What is the purpose of my life? Untuk apa hidup gue ini? Kenapa gue hidup? Gue sempat takut bertanya karena capek menjawab pertanyaan sendiri. Tapi gue kini terus bertanya. Kalau gue dapat jawaban yang memuaskan, mungkin gue akan lebih bahagia lagi.

Yang gue rasa, masa depan gue seperti masih berada di balik kabut gelap di sebuah jalan pendakian menuju puncak gunung. Gue berjalan sendiri ...

Apa lo pernah berjalan seorang diri menuju puncak sebuah gunung? Melewati hutan, di bawah cahaya kelabu, menapaki jalan yang menanjak serta menyibak kabut dingin.
Semuanya terasa mencekam. Bahkan perjalanan itu sendiri terasa amat menyeramkan. Tapi kalau lo sudah tahu jalannya, dan terus melangkah di jalur yang tepat, lo akan tahu bahwa puncak yang lo tuju menawarkan kebahagiaan. Menawarkan manisnya keberhasilan.

Jalan yang kita tempuh, semoga berujung pada puncak-puncak kehidupan, puncak keberhasilan. Karena jika kita sudah berada di sana, akan lebih mudah untuk melihat wajah langit yang dipenuhi dengan bintang terang.
Tentu, lo akan suka dengan kemilaunya ...

=Cholis Vindra R.=